KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat bimbingan serta petunjuk-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Adapun judul makalah ini adalah “Metode Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah”. Kami menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pembimbing dalam mata kuliah Filsafat ilmu.
Meskipun pembuatan makalah ini telah selesai, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami masih mengharapkan bimbingan dari Dosen Pembimbing, serta kritik dan saran dari teman – teman sekalian.
Padangsidimpuan, April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang 3
2. Rumusan Masalah 3
3. Tujuan 3
B. Pembahasan
1. Metode Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah 4
2. Teori Kebenaran 10
3. Kekhilafan 12
C. Penutup
1. Kesimpulan 13
2. Kritik dan Saran 13
Daftar Pustaka
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Ilmu pengetahuan memberikan pemahaman kepada kita untuk senantiasa berupaya keras agar selalu akurat dengan apa yang kita percayai. Suatu peradaban diperkuat oleh penggunaan cara berpikir ilmiah disegala bidang kehidupan. Ini ditandai dengan penggunaan bukti sebagai dasar dari segala yang dipercayai sebagai suatu kebenaran, bukan hanya berpegang kepada pendapat atau apa yang dipirkan oleh orang lain.
Nilai kebenaran dari suatu bukti diperiksa berdasarkan kriteria kebenaran yang valid dan handal agar diperoleh hasil yang akurat. Nilai kebenaran yang akurat akan menjadi landasan yang kuat untuk mempercayai sebagai suatu kebenaran sejati.
Dan untuk itu disini pemakalah menyajikan apa itu pengetahuan (sciences/ilmiah) dan metode ilmu pengetahuan itu sendiri, dan bagaimana cara untuk mengetahui kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri
2. Rumusan masalah
a. Apa itu pengetahuan dan bagaimana metode pengetahuan itu ?
b. Bagai mana cara untuk membuktikan kebenaran, atau apa metodenya?
3. Tujuan perumusan
a. Agar mahasiswa dapat memahami metode ilmu pengetahuan dan ilmiah dan memahami bagaimana cara penemuan kebenaran pada ilmu pengetahuan itu sendiri
B. PEMBAHASAN
1. Metode Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah
1.1 Pengetahuan Biasa dan Pengetahuan Ilmiah ( Ilmu Pengetahuan )
Apabila kita memperbandingkan antara pengetahuan biasa dengan pengetahuan ilmiah dapat dikatakan sebagai berikut :
Pertama, persamaannya adalah bahwa kedua-duanya mencari kebenaran, timbul dari keinginan manusia untuk mengejar kebenaran untuk mengerti akan dirinya sendiri.
Kedua, perbedaannya adalah :
a. Pengetahuan biasa, tidak memandang betul-betul sebabnya.
b. Pengetahuan ilmiah, adalah sebaliknya yaitu mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang sebaik-baiknya.
1.2 Defenisi Ilmu Pengetahuan
Menurut Harold H.Titus, ilmu (science) diartikan sebagai commonsense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa- peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis.
Menurut Prof.Dr. Harsojo, ilmu-ilmu empiris baik ilmu-ilmu pengetahuan alam maupun ilmu-ilmu pengetahuan social, berdasarkan tujuannya dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
a. Ilmu-ilmu murni
b. Ilmu-ilmu terapan
1.3 Objek dan Sudut Pandangan Ilmu Pengetahuan
1) Objek
Dunia kita terbagi atas berbagai lapangan pengalaan yang masing-masing diliputi oleh ilmu pengetahuannya sendiri. Terdapatlah ilmu alam, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu pekerjaan social, paedagogik dan sebagainya. Jati tampaklah asas perbedaannya yaitu :
a. Obyek atau lapangan ilmu pengetahuan itu
Akan tetapi itu belum cukup karena mungkin terjadi ada dua atau lebih ilmu pengetahuan yang mengenai obyek yang sama, padahal merupakan ilmu pengetahuan yang berbeda. Misalnya, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu sosiologi, obyeknya yaitu manusia. Pada garis besarnya obyek atau lapangan ilmu pengetahuan itu ialah alam dan manusia.
b. Sudut pandangan
Untuk menerangkan ini lebih lanjut, maka kita harus memperhatikan, bagaimanakah obyek itu dipandang. Jadi asas perbedaan selanjutnya ialah sudut pandangan. Inilah yang membeda-bedakan antara ilmu pengetahuan, menetukan sifat-sifat ilmu dan metode yang dipakai. Misalnya ilmu kedokteran mempelajari manusia dilihat dari sudut tubuhnya, yaitu apakah sekadar sakit biasa dan disembuhkan.
Ilmu mendidik (paedagogik) mengenai manusia, sekadar belum dewasa dan harus dibimbing untuk mencapai kedewasaannya.
Mengapa sudut pandangan itu penting ? Sesungguhnya manusia itu adalah terbatas, dari berbagai barang-barang itu ia hanya dapat melihat satu sudut saja. Sebaliknya satu obyek dapat dipandang dari berbagai sudut. Mempelajari suatu obyek sampai habis-habisan justru berarti mempelajari dari berbagai sudut. Misalnya minyak tanah itu dapat dilihat dari susunannya, maka terjadilah ilmu kimia. Dapat juga dilihat dari sudut tempat terdapatnya, maka ini menjadi lapangan geologi. Dapat diperhatikan pentingnya bagi ekonomi Negara, maka timbullah ilmu ekonomi.
Dalm buku-buku ilmu pengetahuan obyek dan sudut pandangan itu telah memperoleh nama yang tetap. Jadi obyek dibedakan atas dua hal sebagi berikut :
a) Obyek material, yaitu obyek jika dilihat keseluruhannya
b) Obyek formal, yaitu obyek jika dipandang menurut suatu aspek atau sudut tertentu saja.
1.4 Pembagian Ilmu Pengetahuan
Sehubungan dengan adanya berbagai sumber, sifat-sifat, karakter dan susunan ilmu pengetahuan, maka dalam pandangan tentang ilmu pengetahuan itu orang mengutarakan pembagian ilmu pengetahuan.
Ini tergantung kepada cara dan tempat para ahli itu meninjaunya. Pada zaman purba dan abad pertengahan pembagian ilmu pengetahuan berdasarkan ‘artis liberalis” atau kesenian yang merdeka, yang terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Trivium atau tiga bagian ialah :
• Gramatika, bertujuan agar manusia dapat berbicara yang baik
• Dialektika, bertujuan agar manusia berpikir dengan baik, formal dan logis
• Retorika, bertujuan agar mansia dapat berbicara dengan baik.
b. Quadrivium, atau empat bagian ialah :
• Aritmatika, adalah ilmu bintang
• Geometrika, adalah ilmu ukur
• Musika, adalah ilmu musik
• Astronomia, adalah ilmu perbintangan
Menurut ilmu klasik, maka ilmu pengetahuan dibedakan atas :
1) Natural sciences
2) Social sciences
Ilmu pengetahuan juga bias diklasifikasikan menurut subyek dan obyeknya.
a. Menurut subyeknya
1) Teoritis
a) Nomotetis, yaitu ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku, mempelajari obyeknya dalam keabstrakannya dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala pernyataannya yang konkrit bilamana dan dimana saja.
b) Ideografis, yaitu ilmu yang mempelajari obyeknya dalam konkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang menyendiri.
2) Praktis
a) Normatif, yaitu ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan.
b) Positif, yaitu ilmu yang mengatakan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu, mencapai hasil tertentu.
b. Menurut Obyeknya
1) Universal/umum : meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia.
2) Khusus : hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dari kehidupan manusia, jadi obyeknya terbatas. Inilah biasanya disebut Ilmu Pengetahuan. Ini diperinci lagi atas :
a) Ilmu-ilmu alam (natural sciences)
b) Ilmu pasti (Mathematics)
c) Ilmu-ilmu kerohanian/kebudayaan (social sciences)
1.5 Metode Ilmu Pengetahuan
Suatu pengujian ilmu pengetahuan yang cermat telah dilakukan seperti dalam fisika, astronomi dan psikologi, serta tidak hanya menggunakan satu macam metode saja. Misalnya ilmu pengetahuan sperti astronomi menggunakan observasi, ilmu pengetahuan kimia dan fisika menggunakan metode eksperimen.
1) Observasi
Beberapa ilmu sperti astronomi dan botani telah dikembangkan secara cermat dengan metode observasi. Didalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti melihat, mendengar, menyentuh, meraba dan sebagainya. Observasi yang cermat sangat diperlukan didalam penelitian ilmiah. Ada beberapa kondisi-kondisi yang sangat penting untuk diketahui dalam melakukan observasi, yaiut :
a) Indra yang normal dan sehat
b) Kematangan mental
c) Alat-alat bantu fisik
d) Cara mengatur posisi, tempat atau kondisi yang memungkinkan observasi dapat dilakukan dengan cermat.
e) Pengetahuan lapangan.
2) Trial and error
Metode trial dan error telah dikenal secara universal dan tidak memerlukan penjelasan secara panjang lebar. Metode trial and error cenderung disebut learning by doing daripada disebut learning by thinking, semua itu dikemukakan dalam bentuk yang sederhana yang mengandung refleksi. Dalam berpikir reflectif pemecahannya diselesaikan dengan imajinasi. Dalam refleksi dan imajinasi mengecek mana yang cocok dan mana yang tidak, mana yang tepat dan mana yang tidak.
3) Metode eksperimen
Kegiatan eksperimen adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebab akibat dan pengujian hipotesis. Perkembangan yang sangat besar dalam penelitian ilmiah adalah kemungkinan ditemukannya teknik pengawasan, dan sekaligus digunakan dalam suatu percobaan dimana sipengamat megontrol kondisi-kondisi yang berhubungan dengan subyek yang ia pelajari. Ia kemudian memanipulasi kondisi-kondisi ini, pada suatu saat ia mengubah satu faktor tertentu, kemudian ia mencatat akibat-akibatnya.
4) Metode statistic
Istilah statistic berarti pengetahuan tentang mengumpulkan, menganalisis dan menggolongkan bilangan/data sebagai dasar induksi. Metode statistic telah ada sejak lama, yaitu membantu pemimpin dan penguasa mengumpulkan data tentang penduduk, kelahiran, kematian, kesehatan dan perpajakan.
Dengan statistic memungkinkan kita melihat berbagai proses yang tidak mungkin dapat kita lihat hanya melalui alat indra saja.
5) Metode sampling (pengambilan sampel)
Terjadinya sampling yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota atau bilangan tertentu dari suatu kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan kelompok tersebut, yaitu dengan tujuan bilamanakah satu sampel tersebut dapat mewakili secara keseluruhan atau tidak. Seandainya bahan yang akan kita uji itu menunjukkan kesamaan jenisnya melalui sebuah sampel dapatlah diperoleh hasil dengan kecepatan tinggi.
Seandainya beberapa perbedaan itu harus kita perhatikan, misalnya dalam pendapat umum, si peneliti harus lebih hati-hati lagi melihat apakah sampel itu sudah cukup representative atau belum. Ia harus memperhitungkan masak-masak dalam item-item seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan lainnya.
6) Metode berpikir replektif
Metode yang telah dikemukakan di atas sebenarnya tidak terpisah dan bertentangan, melainkan saling berhubungan dan saling isi-mengisi antara yang satu dengan yang lainnya. Kenyataannya kita tidak mungkin mempergunakan metode metode secara terpisah satu sama lainnya. Pada umumnya kita dapat mengatakan bahwa ilmu merupakan suatu kumpulan terminology yang menunjukkan berbagai proses dan langkah, dimana berbagai pengetahuan itu disusun. Metode replective thinking pada umumnya melalui enam tahap, yaiut :
a. Adanya kesadaran kepada sesuatu permasalahan
b. Data yang diperoleh dan relevan yang harus dikumpulkan
c. Data yang terorganisir
d. Formulasi hipotesis
e. Deduksi harus berasal dari hipotesis
f. Pembuktian kebenaran verifikasi
Metode-metode lain yang disebutkan oleh Dr.Aripin Banasuru dalam bukunya, yaitu :
1) Penemuan Secara kebetulan
2) Penemuan “Coba” dan “Ralat”
3) Penemuan melalui otoritas atau kewibawaan
4) Penemuan secara spekulatif
5) Penemuan kebenaran melalui cara berpikir kritis dan rasional
6) Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah.
2. Teori Kebenaran
Kebenaran merupakan objek pembicaraan yang menarik dalam ilmu filsafat. Itu sebabnya, banyak filsuf yang berupaya mengambil bagian untuk merumuskan teori kebenaran. Suria sumantri mengemukakan 3 teori kebenaran itu, yaitu :
a. Teori korespondensi
Teori korespondensi adalah keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat yang dimaksud. Suatu pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya. Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual.
b. Teori koherensi
Teori koherensi atau teori konsistensi beranggapan bahwa kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan fakta atau realita, tetapi atas hubungan antar putusan itu sendiri. Jadi, kebenaran diambil berdasarkan hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.
c. Teori pragmatisme
Teori kebenaran pragmatism berasal dari kata pragma dalam bahasa yunani yang bermakna ‘yang dikerjakan’ atau ;yang dilakukan’. Kebenaran suatu ucapan atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat.
Jenis kebenaran
• Kebenaran Epistemologikal adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia
• Kebenaran Ontologikal adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun ditiadakan.
• Kebenaran Semantikal adalah kebenaran yang terdapat dan melekat didalam tutur kata dan bahasa.
Sifat kebenaran
Kebenaran menurut Surajiyo (2007:103-104) membedakan kebenaran menjadi 3 hal :
• Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, bisa berupa : pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.
• Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik atau bagaimana cara seseorang membangun pengetahuannya, apakah dibangun dengan pengindraan, rasio (akal pikir), intuisi atau keyakinan.
• Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan, seperti : bagaimana hubungan antara subjek dan objek, mana yang lebih dominan untuk membangun pengetahuan antara subjek dan objek.
Sifat-sifat kebenaran ilmiah
Pada umumnya dikenal dua kebenaran, yakni kebenaran empiris dan kebenaran logis. Kebenaran logis adalah kebenaran yang berdasarkan pada logis atau tidaknya suatu pernyataan. Kebenaran logis sangat bergantung pada kemampuan manusia untuk menalar., mencari hubungan antar pernyataan atau unsur yang dipertautankan. Kebenaran empiris didasarkan pada kesesuaian antara pernyataan dan fakta yang ada. Sifat dasar kebenaran sebagai berikut :
1) Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis dari premis premis tertentu. Karena itu bersifat rasional, maka semua orang rasional dapat menggunakan akal budinya secara baik dan memahami kebenaran ilmiah ini.
2) Isi empiris. Kebenaran ilmiahperlu diuji dengan kenyataan yang ada yakni yang berfsifat empiris.
3) Sifat pragmatis. Pernyataan yang logis dan empiris harus bernilai atau bermanfaat untuk kehidupan manusia terutama dalam memecahkan persoalan kehidupannya.
3. Kekhilafan
Kekhilafan terjadi dalam ilmu pengetahuan karena kesalahan pengambilan, kesimpulan yang tidak runtut terhadap pengalaman pengalaman. Khilaf muncul karena adanya peranggapan atau pernyataan yang sudah dianggap benar secara umum. Kekhilafan erat hubungannya dengan pendapat Francis Bacon dengan teorinya yang terkenal idola yang tercermin dalam bentuk ilusi dan prejudice yang menyelewengkan pemikiran ilmiah. Idola itu dibaginya dalam empat bentuk, yaitu :
a. Idola teatri
Sesuatu yang sering dilihat oleh seseorang atau selalu tampak dalam kehidupan sehari-hari, lama kelamaan dianggap sebagai kebenaran
b. Idola fiori
Keadaan dalam pemikiran seseorang yang menyebabkan pikirannya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena orang tersebut hanya melihat sesuatu dari segi bentuk luarnya saja.
c. Idola specus
Suatu idola yang diakibatkan oleh individualitas manusia. Seseorang seolah-olah berada dalam tempat yang gelap seperti dalam gua. Hal ini terjadi karena tidak didukung oleh lingkungan, pendidikan, dan karakter yangbaik, sehingga akibatnya selalu terkungkung dengan keterbatasan dirinya tidak memahami segala sesuatu dengan baik
d. Idola tribus
Idola yang diakibatkan oleh kodrat manusiawi sehingga orang yang terkena idola ini tidak dapat memahami apa yang dihadapinya.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Para ilmuwan dan filosof memiliki sesuatu yang rahasia untuk memperoleh pengetahuan yang tertutup untuk orang banyak. Kita semua menggunakan metode observasi, tetapi kaum ilmuwan lebih teliti lagi terutama dalam bidangnya. Kita semua juga menggunakan metode trial dan error, tetapi para ilmuwan lebih gigih lagi dalam melakukannya, dan mereka juga lebih hati-hati terhadap setiap kekeliruan.
Objek ilmu pengetahuan pada umumnya adalah alam, dan manusia. Dan para peneliti habis-habisan dalam memperlajari suatu objek ilmu tersebut sehingga bermunculan kebenaran-kebenaran hingga saat ini baik itu menggunakan teori korespondensi, koherensi, maupun pragmatism.
Para ilmuwan dan filosof memahami kebenaran suatu ilmu pengetahuan sehingga bermanfaat bagi kita sekarang ini.
2. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.
No comments:
Post a Comment