Allcoins.pw

Thursday, 22 October 2015

Pengukuran dan Desain Instrumen Dalam Survey



KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat bimbingan serta petunjuk-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Adapun judul makalah ini adalah “Pengukuran dan Desain Instrumen Dalam Survei”. Kami menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pembimbing dalam mata kuliah Metode Penelitian.
            Meskipun pembuatan makalah ini telah selesai, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami masih mengharapkan bimbingan dari Dosen Pembimbing, serta kritik dan saran dari teman – teman sekalian.







                                                                                       Padangsidimpuan,      Oktober  2015

                                                                                         Penyusun



DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................... 1
Daftar Isi......................................................................................................................................... 2
BAB I
            Pendahuluan
A.    Latar Belakang.................................................................................................................... 3
B.     Rumusan Masalah............................................................................................................... 3
C.     Tujuan.................................................................................................................................
BAB II
Pembahasan
A.        Komponen Pengukuran.................................................................................................... 4
B.         Proses Pengukuran............................................................................................................ 5
C.         Skala Pengukuran ( Validitas dan Realitas )..................................................................... 6
D.        Menyusun Kuisioner......................................................................................................... 9
E.         Desain Instrumen...................................................................................................................................................
BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan......................................................................................................................... 14
B.     Kritik dan Saran ................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka           
           









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Setelah masalah penelitian telah dirumuskan dan desain penelitian telah dipilih untuk memecahkan masalah, tugas peneliti selanjutnya adalah memilih teknik pengukuran dan mendesain instrumen penelitian. Teknik pengukuran amat berkaitan dengan desain instrumen. Desain instrumen dapat didefenisikan sebagai penyusunan instrumen pengumpulan data untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna memecahkan masalah penelitian.
Untuk itu penulis membahas seperti apa pengukuran dan desain instrumen dalam survey, diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca memahami khususnya juga penulis. Sehingga bermanfaat dikemudian hari dalam melakukan penelitian.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja komponen pengukuran dalam survey ?
2.      Bagaimana proses pengukurannya ?
3.      Bagaimana skala pengukurannya ?
4.      Bagaimana cara menyusun kuisioner ?
5.      Apa itu desain instrumen ?
C.    Tujuan
1.      Memahami apa komponen pengukuran dalam survey serta bagaimana proses pengukurannya
2.      Memahami bagaimana skala pengukuran (validitas dan reliabilitas)
3.      Memahami cara menyusun kuisioner derta memahami apa itu desain instrumen









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Komponen Pengukuran[1]
Tujuanpengukuranadalahmenerjemahkankarakteristikdataempiriskedalambentukyangdapatdianalisisolehpeneliti.Titikfokus pengukuranadalahpemberian“angka”terhadapdata empirisberdasarkanjumlahaturan/prosedurtertentu.Prosedurini dinamakanprosespengukuran,yaituinvestigasimengenaiciri-ciriyang mendasarikejadianempirisdan memberiangkaatasciri-ciritersebut.Kendatikomponenpengukuranamatberagam,setidaknyaadatiga komponenyangdibutuhkandalamsetiappengukuran,yaitu:
1.      Kejadian empiris (empirical events) yang dapat diamati.
Merupakan sejumlah ciri-ciri dari objek, individu atau kelompok yang dapat diamati. Dapat diamati mengandung arti bahwa setiap orang dapat menangkap, atau setidaknya menyimpulkan, bahwa suatu objek, individu, atau kelompok mempunyai ciri-ciri tertentu.
2.      Penggunaan angka ( The Use Of Numbers )
Penggunaan angka untuk menggambarkan kejadian empiris. “Angka” adalah numerik atau simbol-simbol lain yang digunakan untuk mengidentifikasi. Penggunaan angka adalah untuk memberi arti bagi ciri- ciri yang mejadi pusat perhatian peneliti.
3.      Sejumlah aturan pemetaan ( Set of mapping rules )
Pernyataan  yang  menjelaskan  arti  angka  terhadap  kejadian  empiris. Aturan-aturan pemetaan disusun oleh peneliti untuk tujuan studi.
B.     Proses pengukuran[2]
Proses  pengukuran  dapat  digambarkan  sebagai  sederet  tahap  yang saling berkaitan yang dimulai dari:
1.          Mengisolasi kejadian empiris
Kejadian empiris dirangkum dalam bentuk konsep/konstruksi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Konsep adalah abstraksi ide yang digeneralisasi dari fakta tertentu.


2.          Mendefinisikan konsep secara konstitutif dan operasional
Definisi   konstitutif   mendefinisikan   konsep   dengan   konsep   lain sehingga melandasi konsep kepentingan. Begitu definisi konstitutif telah ditetapkan, maka definisi operasional harus dinyatakan karena definisi operasional akan merefleksikan dengan tepat esensi definisi konsitutif. Definisi operasional memperinci aturan pemetaan dan alat di mana variabel akan diukur dalam kenyataan. Definisi ini menyatakan prosedur yang  harus  diikuti  oleh  peneliti  dalam  memberikan  angka  terhadap konsep yang diukur.
3.          Mengembangkan skala pengukuran
Setelah definisi dinyatakan dengan tepat, pemberian angka dapat dilakukan. Tujuan utamanya adalah agar sifat-sifat angka tersebut seiring dengan  sifat-sifat  kejadian  yang  ingin  diukur.  Tugas  ini  dicapai  oleh peneliti dengan memahami  betul hakekat kejadian empris yang diukur dan menterjemahkan pengetahuan ini dalam pemilihan dan penyusunan skala pengukuran yang mencerminkan sifat-sifat yang sama. Skala pengukuran (measurement scale) dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang   digunakan   untuk   memberikan   angka   terhadap   objek/kejadian empiris.
4.          Mengevaluasi skala berdasarkan reliabilitas dan validitasnya
5.          Penggunaan skala(lihat gambar E.1)

C.     Skala Pengukuran
Skala pengukuran amat bervariasi. Kendati kompleksitas variasi alat pengukuran amat beragam, semua skala mempunyai ciri-ciri setidaknya satu dari empat tingkat pengukuran, yaitu :[3]
1.      Skala  Nominal  adalah  skala  mengelompokkan  obyek  atau  peristiwa dalam berbentuk kategori. Skala nominal diperoleh dari pengukuran nominal yaitu suatu proses mengklasifikasian obyek-obyek yang berbeda kedalam kategori-kategori berdasarkan beberapa karakteristik tertentu.
2.      Skala Ordinal  adalah  jenis skala yang  menunjukkan  tingkat.  Skala ini biasanya  dipergunakan  dalam  menentukan  ranking  seseorang dibandingkan dengan yang lain. misalnya ranking siswa dikelas dibuat dari nilai  tertinggi  sampai  nilai  terendah.  Ranking  pertama  dan kedua tidak  memiliki  jarak  rentangan  yang  sama  dengan  ranking  kedua  dan ketiga. Contoh lain skala ordinal adalah nilai mahasiswa dalam bentuk huruf, A, B, C, D dan E.
3.      Skala Interval adalah skala yang yang memiliki jarak yang sama antar datanya akan tetapi tidak memiliki nol mutlak. Nol mutlak artinya tidak dianggap  ada.  Salah  satu  cirri  matematis  yang  dimiliki  skala  interval adalah penjumlahan. Dengan demikian, kita dapat membuat operasi penambahan atau pengurangan. Misalnya, jarak pada temperatur tertentu. Jarak antara 250F dengan 500F sama dengan jarak 750F dengan 1000F.
4.      Skala Rasio adalah skala pengukuran yang memiliki nol mutlak sehingga dapat dilakukan operasi perkalian dan pembagian. Misalnya berat badan, tinggi  badan,  pendapatan  dan lain sebagainya.
Setelah variabel yang menjadi perhatian diidentifikasi dan didefinisikan secara konseptual, suatu jenis skala harus dipilih. Pemilihan skala amat tergantung  dari  ciri-ciri  yang  mendasari  konsep  dan  antisipasi  peneliti terhadap penggunaan variabel yang digunakan dalam tahap analisis data. Proses ini disebut evaluasi mengenai skala pengukuran. Dalam mengevaluasi skala pengukuran, harus diperhatikan dua hal yaitu:
1.      Validitas[4]
Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak akan bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Secara konseptual, dibedakan 3 jenis validitas (Sekaran, 2000: 207-8), yaitu:
a)      Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukkan sejumlah item yang representative dalam menyusun sebuah konsep. Semakin  besar  skala  item  dalam  mewakili  semesta  konsep  yang diukur, maka semakin besar validitas isi. Dengan kata lain, validitas isi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan seberapa baik dimensi dan elemen sebuah konsep digambarkan.
b)      Validitas Yang Berkaitan Dengan Kriteria (Criterion-related validity)
Validitas yang berkaitan dengan criteria terjadi ketika sebuah ukuran membedakan individual pada kritera yang akan diperkurakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan:
a)      Concurrent Validity Terjadi  ketika  skala  yang  ditetapkan  dapat  membedakan individual yang telah diketahui berbeda, sehingga skor untuk masing-masing instrument harus berbeda.
b)      Predictive Validity Menunjukkan kemampuan sebuah instrumen pengukuran dalam membedakan individu dalam kritera masa depan.
c)      Validitas Konstruk (Construct validity)
Menurut Sugiyono (2008), salah satu jenis pengujian validitas instrumen adalah Construct Validity, dimana instrumen disusun berdasarkan masukan dari orang yang ahli dibidangnya. Pengujian ini bisa dilakukan dengan analisis faktor atau korelasi. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi  merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok  teknik  dalam  statistik  bivariat  yang  digunakan  untukmengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.
Korelasi   bermanfaat   untuk   mengukur   kekuatan   hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala- skala  tertentu,  misalnya  Pearson  data  harus  berskala  interval  ataurasio;   Spearman   dan   Kendal   menggunakan   skala   ordinal; Chi Square menggunakan  data  nominal.  Kuat  lemah  hubungan  diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1.
Korelasi  mempunyai  kemungkinan  pengujian  hipotesis  dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefesien korelasi ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika koefesien korelasi diketemukan +1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif. Jika koefesien  korelasi  diketemukan  -1.  maka  hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif.


2.      Reliabilitas[5]
Realibilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Ujian Reliabilitas alat ukur dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan test-retest, equivalent,  dan  gabungan  keduanya.  Secara  internal,  reliabilitas  alatukur dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu.
a)      Test Retest Reliability
Alat ukur penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test retest dilakukan dengan cara mencobakan alat ukur beberapa kali kepada responden.  Jadi,  dalam  hal  ini  alat  ukurnya  sama,  respondennya sama, dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable. Metode ini merupakan perhitungan yang paling baik untuk mengetahui penyebab timbulnya kesalahan yang berkaitan dengan waktu.
b)      Equivalen
Pengujian  reliabilitas  alat  ukur  dengan  cara  ini  cukup  dilakukan sekali, tetapi alat ukurnya ada dua, pada responden yang sama, waktu yang sama. Alat ukur yang ekivalen adalah pernyataan secara bahasa berbeda,  tetapi  maksudnya  sama.  Reliabilitas  alat  ukur  dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data alat ukur yang satu dengandata alat ukur yang dijadikan ekivalen. Bila korelasinya positif dan signifikan, maka alat ukur dapat dinyatakan reliabel.
c)      Gabungan Pengujian 
Reliabilitas ini dilakukan  dengan  cara mencoba  dua alat ukur yang ekivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Ini merupakan gabungan cara pertama dengan cara kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen yang ekivalen pada pengujian pertama, setelah itu dikorelasikan secara silang. Jadi, dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan   dapat   dianalisa   enam   koefisien   reliabilitas.   Bila   keenam koefisien korelasi itu kesemuanya positif dan signifikan, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut reliabel.


d)     Internal Consistency
Pengujian   reliabilitas   alat  ukur  Internal  Consistency,  dilakukan dengan cara mencoba alat ukur cukup hanya sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument.

D.    Menyusun Kuisioner[6]
Langkah awal dalam menyusun desain instrumen adalah membuat kuesioner,  yaitu  daftar  pertanyaan-pertanyaan  atau  pernyataan- pernyataan yang disusun secara tertulis. Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban para responden. Dalam menyusun kuesioner, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1.      Apakah pertanyaan atau pernyataan itu perlu?
Pertanyaan atau pernyataan harus diajukan hanya apabila diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Pertanyaan atau pernyataan yang tidak perlu hanya akan membingungkan responden.
2.      Bagaimana pertanyaan atau pernyataan itu sebaiknya diajukan?
Ada setidaknya dua alasan pentingnya hal ini. Pertama, bisa saja  terjadi  responden  yang  berbeda  mempunyai  persepsi  berbeda saat mengartikan kata yang sama dan setiap responden mempunyai kerangka pengalaman yang berbeda saat membaca dan menginterpretasikan pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan atau pernyataan harus disusun secara cermat dan diujicobakan agar sesuai dengan yang dimaksud oleh peneliti. Alasan  kedua  berkaitan  dengan  pertanyaan  atau  pernyataan yang sensitif atau besar kemungkinan menyinggung responden. Oleh karena itu, disarankan agar responden diberitahu bagaimana data ini akan digunakan disertai janji bahwa anomalitas responden akan tetap dijaga kerahasiaannya.
3.      Apakah bentuk pertanyaan atau pernyataan terbuka atau tertutup?
Pertanyaan atau pernyataan terbuka adalah yang memberikan kebebasan kepada responden utnuk menjawab sesuai dengan jalan pikirannya.  Keuntungan  utama  menggunakan  bentuk  ini  adalah bahwa responden dapat mengatakan apa yang mereka inginkan tanpa dibatasi oleh pendapat yang telah disusun oleh peneliti. Hanya saja, akan  lebih  sulit  dianalisis,  sulit  dalam  pemberian  kode  (dalam analisis data), dan kurang efisien. Di  lain  pihak,  pertanyaan  atau  pernyataan  tertutup  adalah dimana jawaban-jawabannya telah dibatasi oleh peneliti sehingga menutup  kemungkinan  bagi  responden  utnuk  menjawab  panjang lebar sesuai dengan jalan pikirannya. Keuntungannya adalah mudah dalam  pengkodean,  tidak  memerlukan  banyak  waktu  saat menganalisis, dan lebih efisien dalam menanganinya dibanding yang terbuka.
4.      Bagaimana seharusnya pertanyaan atau pernyataan itu dirumuskan?
Pertanyaan atau pernyataan yang spesifik lebih dianjurkan dibandingkan yang bersifat umum. Dan hindari pertanyaan atau pernyataan yang bermakna ganda, karena akan membingungkan responden.
5.      Bagaimana format jawaban disusun?
Berkaitan dengan beberapa pertanyaan penting berikut:
a)      Apa  alternatif  jawaban  yang  akan  digunakan:  dikotomi  atau pilihan berganda?
b)      Bagaimana urutan alternatif jawaban disusun?
c)      Bagaimana cara mengatasi/mengantisipasi  jawaban “tidak tahu”, “tidak ada jawaban”, dan “jawaban netral”?

6.      Apa teknik skala yang sebaiknya digunakan?
Ada dua teknik skala utama yang sering digunakan, yaitu: Pertama, skala penilaian (rating scale) dimana dievaluasi suatu dimensi orang, objek, atau fenomena pada suatu titik dalam suatu rentang/kategori. Jenis skala ini dibagi menjadi:
a)      Graphic rating scales, dimana  responden  menunjukkan perasaannya dalam skala grafik, misalnya: Dalam skala 0 hingga 100 (0=sangat jelek, 50=netral, 100=yang paling baik), tolong tunjukkan penilaian anda mengenai film yang baru saja anda tonton. Nilai anda                   
b)      Itemized  rating  scales, dimana  dipilih  suatu  kategori  dalam bentuk berurutan. Misalnya: apakah anda tertarik membeli mobil avanza?
Sangat tertarik,            Tertarik,           Tidak tertarik.
c)      Comparative rating scales, dimana orang, objek, atau fenomena lain dinilai dalam suatu standar orang, objek, atau fenomena lain. Salah satu bentuk skala ini adalah dikenal dengan nama skala rank-order.
Jenis skala yang kedua adalah altitude scale yaitu suatu kumpulan alat pengukuran yang mengukur tanggapan individu terhadap suatu objek atau fenomena. Jenis skala ini dibagi menjadi:
a)      Skala Likert (Likert scale), dimana responden menyatakan tingkat setuju, atau tidak setuju mengenai berbagai pernyataan mengenai perilaku, objek, oran, atau kejadian. Biasanya skala yang diajukan terdiri atas 5 atau 7 titik. Skala-skala  ini nantinya dijumlahkan untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku, misalnya:
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral
Setuju
Sangat Setuju
1
2
3
4
5

b)      Semantic differential, dimana responden menilai perilaku objek dengan skala 5 atau 7 titik dari dua kutub kata sifat atau frase. Pemilihan kata sifat atau frase berdasarkan perilaku objek, orang, atau kejadian.

E.     Desain Instrumen[7]
Proses penyusunan desain instrumen pada dasarnya adalah suatu seni. Kendati demikian dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain instrumen adalah sebagai berikut:
1.      Urutan Skala dan Layout Penyajian  dan  organisasi  instrumen  pengumpulan  data  amat menentukan dalam sukses atau tidaknya penelitian. Isu sentral pada tahap ini adalah urutan skala dan penyajian alat pengukuran dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti.
2.       Pratest dan Perbaikan Setelah instrument disusn dalam bentuk draft, maka pretest (uji coba sebelum penelitian yang sebenarnya dilakukan) sebaiknya dilakukan pada sejumlah responden. Pratest seringkali dapat mengidentifikasi masalah- masalah  dalam  penyusunan  kata-kata,  format  kuesioner,  dan  lain-lain yang amat berpengaruh terhadap validitas penemuan dari penelitian tersebut. Bila masalah-masalah tersebut ditemui, peneliti dapat membuat perubahan-perubahan seperlunya agar dapat memperoleh data dengan kualitas yang tinggi.
Gambar E.1


 




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Komponen pengukuran ada 3 yaitu :
1.      Kejadian empiris
2.      Penggunaan angka
3.      Sejumlah aturan pemetaan
Proses Pengukuran ada 5 yaitu :
1.      Mengisolasi kejadian empiris
2.      Mendefinisikan konsep secara konstitutif dan operasional
3.      Mengembangkan skala pengukuran
4.      Mengevaluasi skala berdasarkan reliabilitas dan validitasnya
5.      Penggunaan skala
Beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti ketika menyusun kuisioner, yaitu :
1.      Apakah pertanyaan atau pernyataan itu perlu?
2.      Bagaimana pertanyaan atau pernyataan itu sebaiknya diajukan?
3.      Apakah bentuk pertanyaan atau pernyataan terbuka atau tertutup?
4.      Bagaimana seharusnya pertanyaan atau pernyataan itu dirumuskan?
5.      Bagaimana format jawaban disusun?
6.      Apa teknik skala yang sebaiknya digunakan?

B.     Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.





DAFTAR PUSTAKA
Mudrajad Kuncoro (2009), Metode Riset untuk bisnis dan ekonomi,edisi 3 Jakarta:Erlangga
Rosady Ruslan (2008), Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,          Jakarta:Rajagrafindo
Sugiyono (2012)Metode Penelitian Bisnis, cetakan 16 Bandung:Alfabeta



[1] Kuncoro, Mudrajad, Metode Riset untuk bisnis dan ekonomi, ( Jakarta:Erlangga edisi 3, 2009) hal.169
[2] Kuncoro, ibid
[3] Ruslan,Rosady, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta:Rajagrafindo, 2008) hal 203-208
[4] Kuncoro, ibid hal 172-175
[5] Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung:Alfabeta cetakan 16 2012) hal 120-122
[6] Kuncoro, ibid hal 176-179
[7] Kuncoro, Ibid hal 180-182

No comments:

Post a Comment

contact form

Name

Email *

Message *